
Kementerian ESDM menyiapkan strategi untuk mendongkrak harga batu bara dan nikel di pasar global. Salah satunya dengan merevisi aturan RKAB minerba dari tiga tahun menjadi satu tahun agar produksi lebih terkontrol.
KabarPialang – Indonesia, sebagai salah satu pemain besar di industri mineral dan batu bara (minerba) dunia, tengah menyusun strategi untuk mengerek kembali harga komoditas yang sempat tertekan dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengisyaratkan adanya langkah korektif dalam pengelolaan produksi minerba nasional, termasuk perubahan regulasi penting terkait Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).
Indonesia Dinilai Penyebab Tekanan Harga Global
Bukan rahasia lagi, Indonesia memegang peran vital dalam pasokan batu bara dan nikel dunia. Besarnya produksi dalam negeri membuat negara lain kerap menuding Indonesia sebagai salah satu faktor yang menekan harga komoditas global. Ketika suplai melimpah, harga di pasar internasional cenderung turun, dan hal inilah yang ingin diperbaiki pemerintah.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyatakan bahwa pemerintah tidak tinggal diam melihat kondisi ini. Menurutnya, perlu ada penyesuaian strategi agar komoditas strategis Indonesia tidak selalu dijual dengan harga rendah. “Bagaimana caranya sumber daya alam yang kita miliki bisa terjual sesuai harga yang seharusnya,” ujar Tri saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (9/9/2025).
Revisi Aturan RKAB Jadi Senjata Utama
Salah satu kebijakan penting yang sedang disiapkan adalah revisi aturan pengajuan RKAB. Saat ini, perusahaan tambang wajib mengajukan RKAB untuk periode tiga tahun. Namun, ESDM berencana mengembalikannya menjadi satu tahun sekali.
Dengan perubahan ini, pemerintah memiliki fleksibilitas lebih tinggi untuk menyesuaikan target produksi setiap tahun sesuai dengan dinamika pasar global. “(Target produksi) bisa jadi turun, bisa jadi tidak. Kami masih menyesuaikan dengan kondisi yang ada,” jelas Tri.
Pendekatan tahunan ini diharapkan dapat membuat produksi minerba lebih terkendali sehingga pasokan tidak berlebihan di pasar internasional. Implikasinya, harga batu bara, nikel, dan komoditas minerba lain berpotensi lebih stabil.
Menjaga Keseimbangan Produksi dan Harga
Meski belum secara tegas menyebutkan adanya pemangkasan produksi tahun depan, pemerintah menegaskan fokus utamanya adalah menjaga keseimbangan. Di satu sisi, produksi harus tetap mampu menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, di sisi lain, kelebihan pasokan harus dihindari agar harga internasional tidak tertekan lebih dalam.
“Strategi pemerintah pada dasarnya bukan sekadar menurunkan atau menaikkan produksi. Tetapi bagaimana mengelola sumber daya agar komoditas kita bisa dijual dengan harga optimal,” tambah Tri.
Masih dalam Tahap “Wait and See”
Untuk saat ini, ESDM belum mengumumkan target produksi minerba tahun 2026. Pemerintah memilih bersikap hati-hati dengan menunggu perkembangan pasar global. “Kita masih wait and see seperti apa yang harus dilakukan,” tegas Tri.
Pendekatan hati-hati ini dinilai wajar mengingat pasar komoditas sangat dipengaruhi faktor eksternal, seperti permintaan dari Tiongkok, kondisi geopolitik, hingga transisi energi global yang terus menekan penggunaan batu bara.
Dampak bagi Pasar Global
Langkah Indonesia merevisi aturan RKAB diperkirakan akan mendapat perhatian serius dari pelaku pasar internasional. Mengingat Indonesia adalah eksportir utama batu bara termal dan salah satu produsen nikel terbesar, kebijakan ini berpotensi memengaruhi harga kontrak di bursa global.
Jika produksi ditahan, maka pasokan bisa berkurang dan harga berpotensi naik. Sebaliknya, bila produksi dibiarkan melimpah, harga bisa kembali merosot. Oleh karena itu, fleksibilitas dalam penetapan target produksi setiap tahun dipandang sebagai strategi tepat untuk menjaga daya tawar Indonesia.
Pentingnya Hilirisasi
Selain pengendalian produksi, pemerintah juga mendorong hilirisasi minerba sebagai cara lain meningkatkan nilai tambah. Dengan mengolah nikel menjadi produk turunan seperti baterai kendaraan listrik, atau mengembangkan industri berbasis batu bara, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada penjualan bahan mentah yang rentan fluktuasi harga.
Hilirisasi bukan hanya memperkuat daya saing, tetapi juga membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan penerimaan negara. Dengan demikian, strategi ESDM tidak hanya terbatas pada pengendalian produksi, tetapi juga menciptakan ekosistem industri yang lebih berkelanjutan.
Menatap ke Depan
Tantangan yang dihadapi Indonesia jelas tidak ringan. Transisi energi global yang berfokus pada energi terbarukan menekan permintaan batu bara jangka panjang. Sementara itu, persaingan pasar nikel semakin ketat seiring munculnya produsen baru dari Afrika dan negara lain.
Namun, dengan strategi yang lebih adaptif melalui revisi RKAB, serta komitmen pada hilirisasi, Indonesia berpeluang mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain utama di pasar komoditas dunia.
Kebijakan ini juga diharapkan dapat menjaga stabilitas harga, meningkatkan pendapatan negara, serta memastikan sumber daya alam dikelola dengan lebih bijak. Bagi pelaku usaha, langkah ini menjadi sinyal bahwa pemerintah serius mengatur tata kelola minerba demi keberlanjutan industri dalam jangka panjang.