
Merdeka Gold (EMAS), anak usaha MDKA, resmi meluncurkan IPO dengan kisaran harga Rp1.800–Rp3.020 per saham. Dengan valuasi mencapai Rp49 triliun, IPO ini menjadi sorotan investor. Simak strategi bisnis, proyeksi tambang emas Pani, dan potensi keuntungan di balik valuasi premium.
KabarPialang – PT Merdeka Gold Resources Tbk (kode saham: EMAS), anak perusahaan dari PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), resmi mengumumkan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) yang langsung menarik perhatian pasar modal. Kisaran harga ditetapkan pada Rp1.800–Rp3.020 per saham, dengan total penawaran mencapai 1,6 miliar lembar saham baru atau setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Dari aksi korporasi ini, Merdeka Gold berpotensi meraup dana segar sekitar Rp2,9 hingga Rp4,9 triliun. Dengan nilai tersebut, kapitalisasi pasar perusahaan diperkirakan akan menembus Rp29–49 triliun, menjadikan EMAS salah satu IPO terbesar tahun 2025.
Strategi Penggunaan Dana IPO
Dana hasil IPO ini tidak hanya digunakan untuk memperkuat struktur permodalan, tetapi juga diarahkan untuk pengembangan bisnis jangka panjang. Tercatat, sekitar Rp328,4 miliar akan dialokasikan sebagai setoran modal bertahap ke PT Pani Bersama Tambang, yang mengelola salah satu tambang emas terbesar di Gorontalo.
Selain itu, jumlah yang sama, yakni Rp328,4 miliar, dialokasikan sebagai pinjaman kepada PT Puncak Emas Tani Sejahtera. Sisa dana IPO akan digunakan untuk mempercepat pembayaran utang kepada induk usaha MDKA, sehingga memperbaiki struktur keuangan secara menyeluruh.
Proyek Pani: Aset Utama dengan Potensi Besar
Fokus utama EMAS adalah mengembangkan proyek emas Pani di Gorontalo, Sulawesi, yang memiliki luas wilayah konsesi hingga 14.670 hektare. Berdasarkan laporan terbaru, proyek ini diperkirakan menyimpan sumber daya mineral sebesar 292,4 juta ton bijih yang mengandung sekitar 7 juta troy ounce emas dengan kadar rata-rata 0,75 gram per ton.
Tak hanya itu, cadangan terbukti (reserves) mencapai 77,5 juta ton bijih, dengan kandungan 1,9 juta troy ounce emas pada kadar 0,78 gram per ton. Dengan estimasi usia tambang hingga tahun 2041, puncak produksi emas diperkirakan terjadi pada 2033, dengan target mencapai 500 ribu troy ounce emas per tahun.
Tahapan Pembangunan Fasilitas Produksi
Saat ini, EMAS masih dalam tahap konstruksi fasilitas pengolahan emas dengan metode heap leach. Hingga 30 Juni 2025, progres pembangunan telah mencapai 67%, dengan jadwal penyelesaian mekanikal pada November 2025 dan tahap commissioning pada Desember 2025.
Rencana ekspansi selanjutnya mencakup dua fase besar:
-
Heap Leach (2025–2026):
Kapasitas 7 juta ton per tahun dengan produksi sekitar 145 ribu troy ounce emas per tahun. -
Carbon in Leach / CIL (2027–2029):
Kapasitas 7,5 juta ton per tahun dengan target 355 ribu troy ounce emas per tahun.
Selanjutnya, pada periode 2029–2032, fasilitas CIL akan ditingkatkan kapasitasnya menjadi 12 juta ton per tahun, sehingga total produksi gabungan heap leach dan CIL bisa mencapai 500 ribu troy ounce emas per tahun mulai 2033.
Kinerja Keuangan dan Tantangan
Meski memiliki prospek jangka panjang yang besar, laporan keuangan EMAS masih mencatat kerugian. Pada 2024, pendapatan hanya mencapai US$1,7 juta, sementara kerugian bersih tercatat US$12,7 juta. Hingga kuartal I-2025, perusahaan bahkan belum mencatat pendapatan sama sekali dan merugi hingga US$9,2 juta.
Hal ini wajar mengingat segmen utama pertambangan emas belum beroperasi secara komersial. Selama ini, pendapatan hanya berasal dari jasa penunjang pertambangan, yang kini dieliminasi setelah akuisisi penuh atas PT Puncak Emas Tani Sejahtera.
Valuasi Premium, Apakah Masuk Akal?
Salah satu sorotan utama IPO EMAS adalah valuasinya. Berdasarkan laporan kuartal I-2025 (trailing twelve months/TTM), valuasi price-to-book value (P/BV) diperkirakan mencapai 4–5,3 kali pasca-IPO. Sementara itu, penilaian berdasarkan price-to-earnings (P/E) tidak dapat dilakukan karena perusahaan masih mencatat rugi bersih dalam tiga tahun terakhir.
Jika dibandingkan dengan emiten pertambangan emas murni lainnya di Bursa Efek Indonesia, valuasi EMAS memang tergolong premium terutama dari sisi EV/reserves. Namun, dari perspektif EV/resources, valuasinya masih relatif seimbang.
Artinya, investor perlu menimbang faktor risiko terkait keberhasilan penyelesaian proyek dan percepatan produksi emas, yang akan menentukan apakah valuasi tinggi tersebut layak atau justru berisiko.
Struktur Pemegang Saham Pasca-IPO
Setelah IPO, struktur pemegang saham EMAS akan terbagi sebagai berikut:
-
MDKA: 56,5%
-
Saham treasuri: 9%
-
Publik (masyarakat): 34,5%
Porsi kepemilikan publik ini mencakup 10% dari penerbitan saham baru, serta kepemilikan individu oleh investor besar seperti Winato Kartono (8,36%) dan Garibaldi Thohir (5,6%).
IPO Merdeka Gold (EMAS) menjadi salah satu peristiwa penting di pasar modal Indonesia pada 2025. Dengan valuasi tinggi dan proyeksi produksi tambang emas Pani yang menjanjikan, perusahaan ini memiliki potensi untuk menjadi salah satu pemain utama sektor pertambangan emas nasional.
Namun, investor tetap harus mencermati risiko, terutama terkait keterlambatan pembangunan fasilitas, kerugian yang masih berlanjut, serta tantangan global di industri emas. IPO EMAS bisa menjadi peluang besar, tetapi juga membutuhkan strategi investasi yang hati-hati dan jangka panjang.