
Ketegangan geopolitik dan kebijakan suku bunga global mendorong harga emas tetap stabil, sementara platinum melonjak ke level tertinggi sejak 2014 akibat spekulasi dan lonjakan permintaan China.
KabarPialang – Pasar logam mulia bergerak dinamis di tengah ketegangan geopolitik yang memanas dan ketidakpastian kebijakan moneter global. Harga emas bertahan stabil, mempertahankan posisinya sebagai aset safe haven yang dicari di masa krisis. Sementara itu, platinum mencuri perhatian setelah melonjak ke level tertingginya dalam satu dekade, dipicu oleh minat spekulatif dan permintaan dari pasar Asia, khususnya China.
Ketegangan Geopolitik Menahan Emas Tetap Kuat
Pada Kamis pukul 09.55 GMT, harga emas spot tercatat stabil di level $3.369,79 per ons, mencerminkan kehati-hatian investor global yang tengah memantau eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Sementara itu, harga emas berjangka AS turun tipis 0,6% ke $3.387,30 per ons, karena sebagian pelaku pasar merealisasikan keuntungan setelah lonjakan harga sebelumnya.
Menurut Soni Kumari, Ahli Strategi Komoditas dari ANZ, kondisi pasar saat ini masih sangat sensitif terhadap perkembangan politik global.
“Kami tidak memperkirakan harga emas akan turun kembali ke level $3.000 karena ketidakpastian geopolitik yang begitu tinggi,” ungkap Kumari.
Ketegangan memuncak setelah Iran menyerang rumah sakit di Israel, dan Israel merespons dengan meluncurkan serangan udara ke berbagai target strategis di Iran. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump belum menunjukkan sikap tegas apakah Washington akan ikut campur secara langsung dalam konflik tersebut—menambah ketidakpastian global yang memperkuat posisi emas sebagai aset pelindung nilai.
Kebijakan The Fed dan Prospek Suku Bunga
Dari sisi kebijakan moneter, Federal Reserve AS (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga pada pertemuan terakhir, namun tetap membuka kemungkinan adanya penurunan suku bunga sebesar setengah poin persentase pada tahun ini. Meskipun begitu, mereka juga merevisi proyeksi pemotongan suku bunga ke depan, sebagai tanggapan atas proyeksi ekonomi yang lebih kompleks dan penuh tantangan.
Ketua The Fed Jerome Powell mengingatkan pasar agar tidak terlalu mengandalkan proyeksi tersebut dan tetap waspada terhadap potensi inflasi yang “signifikan”, terutama mengingat peningkatan tarif impor yang sedang digodok oleh pemerintah.
Ketidakpastian arah kebijakan suku bunga ini ikut memperkuat posisi emas yang biasanya tumbuh lebih baik dalam lingkungan suku bunga rendah. Semakin rendah suku bunga, semakin rendah pula opportunity cost dalam memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil tetap.
Platinum Melejit: Tertinggi Sejak 2014
Sementara emas bergerak stabil, platinum melonjak ke level tertinggi dalam 10 tahun terakhir, mencetak rekor sejak September 2014 pada sesi awal perdagangan. Meski kemudian terkoreksi dan turun 2,5% ke level $1.288,67 per ons, lonjakan tajam pada logam ini menunjukkan adanya peningkatan minat dari pelaku pasar spekulatif.
Beberapa faktor pendorong kenaikan platinum antara lain:
-
Kenaikan impor dari China, menandakan meningkatnya permintaan fisik.
-
Kekhawatiran terhadap pasokan global, akibat gangguan produksi dari beberapa negara produsen utama.
-
Tingkat sewa logam yang tinggi, membuat investor tertarik untuk menyimpan platinum sebagai aset alternatif.
-
Harga emas yang tinggi, mendorong konsumen dan investor untuk mencari alternatif logam mulia yang lebih terjangkau.
Menurut Kumari, setiap kali level psikologis penting seperti $1.000 per ons terlampaui, minat spekulatif terhadap platinum meningkat tajam, membuka ruang untuk reli lanjutan.
Logam Lain Ikut Terkoreksi
Tidak semua logam mengikuti tren positif seperti platinum. Berikut perkembangan beberapa logam mulia lainnya:
-
Palladium turun 1% menjadi $1.038,18 per ons.
-
Perak melemah 1,1% menjadi $36,32 per ons.
Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh aksi ambil untung setelah rally tajam dalam beberapa pekan terakhir, serta kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global yang bisa menekan permintaan logam industri.
Analisis: Peran Logam Mulia dalam Portofolio di Masa Krisis
Kondisi global yang tidak menentu membuat investor kembali melirik logam mulia sebagai alat lindung nilai. Emas tetap menjadi primadona di masa gejolak geopolitik, namun platinum kini mulai naik daun sebagai alternatif strategis, terutama bagi investor yang mencari peluang pertumbuhan dari logam yang masih undervalued dibanding emas.
Selain itu, dinamika kebijakan moneter dari The Fed dan bank sentral global lainnya akan terus menjadi faktor utama dalam pergerakan harga logam mulia ke depan. Dengan inflasi yang masih berpotensi meningkat dan suku bunga berpotensi turun, prospek untuk sektor logam mulia tetap positif, setidaknya dalam jangka menengah.
Stabilitas Emas dan Reli Platinum Jadi Sorotan Pasar
Di tengah ketegangan geopolitik dan ketidakpastian moneter, emas berhasil mempertahankan kestabilannya sebagai aset safe haven, sementara platinum tampil mengejutkan dengan reli tajam yang menembus rekor satu dekade. Kombinasi faktor teknikal, fundamental, dan makroekonomi menjadi pendorong utama pergerakan kedua logam ini.
Dengan latar belakang konflik Timur Tengah, arah kebijakan The Fed, dan potensi peningkatan tarif impor AS, logam mulia akan tetap menjadi fokus utama investor dalam menjaga kestabilan portofolio mereka.