
Fitch Ratings mempertahankan peringkat kredit India pada level BBB- dengan prospek stabil, menyoroti pertumbuhan ekonomi 6,5%, inflasi terkendali, serta cadangan devisa kuat. Namun, risiko tarif AS dan beban utang tinggi tetap menjadi tantangan utama.
KabarPialang – Fitch Ratings kembali mengukuhkan posisi India sebagai salah satu negara dengan fundamental ekonomi kuat di tengah ketidakpastian global. Lembaga pemeringkat internasional tersebut mempertahankan peringkat kredit jangka panjang India dalam mata uang asing pada level BBB- dengan prospek stabil, sebuah sinyal kepercayaan terhadap kekuatan pertumbuhan domestik serta kestabilan keuangan eksternal negara itu.
Perekonomian India Masih Perkasa di Tengah Perlambatan Global
Dalam laporan terbarunya, Fitch memperkirakan produk domestik bruto (PDB) India tumbuh 6,5% pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2026. Angka ini sejalan dengan capaian tahun fiskal sebelumnya, sekaligus jauh melampaui rata-rata negara dengan peringkat BBB yang hanya sekitar 2,5%.
Pertumbuhan ini terutama didorong oleh permintaan domestik yang solid, konsumsi swasta yang relatif stabil, serta kebijakan belanja modal pemerintah yang berkelanjutan. Meskipun dalam dua tahun terakhir momentum ekonomi sedikit melambat, prospek jangka menengah India dinilai masih lebih tangguh dibandingkan banyak negara peers.
Fitch juga mencatat bahwa pertumbuhan PDB nominal India akan berada di level 9,0% pada tahun fiskal 2026. Meski lebih rendah dibandingkan 9,8% pada 2025 dan 12% pada 2024, laju ini tetap menunjukkan daya tahan ekonomi terbesar ketiga di Asia tersebut.
Risiko dari Kebijakan Tarif AS
Salah satu faktor yang dapat menekan outlook adalah rencana pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menerapkan tarif impor hingga 50% pada produk asal India. Kendati demikian, Fitch menilai risiko ini masih moderat karena kemungkinan besar tarif tersebut akan dinegosiasikan ulang dan tidak berlaku sepenuhnya.
Perlu dicatat, ekspor India ke Amerika Serikat hanya menyumbang sekitar 2% dari PDB, sehingga dampak langsung terhadap pertumbuhan relatif terbatas. Namun, ketidakpastian perdagangan bisa memengaruhi sentimen pelaku usaha dan menahan arus investasi baru.
Inflasi dan Kebijakan Moneter Tetap Terkendali
Dari sisi harga, India menunjukkan performa yang lebih stabil dibandingkan banyak negara berkembang lain. Inflasi inti konsisten berada di kisaran 4%, yang merupakan titik tengah target Reserve Bank of India (RBI). Bahkan, inflasi utama turun ke level 1,6% pada Juli berkat penurunan harga pangan.
Menanggapi kondisi tersebut, RBI melakukan pelonggaran moneter cukup agresif dengan memangkas suku bunga repo sebesar 100 basis poin sepanjang Februari hingga Juni 2025, sehingga berada di level 5,5%. Fitch memperkirakan masih ada ruang untuk pemotongan tambahan sebesar 25 basis poin pada akhir tahun ini guna menjaga momentum pertumbuhan.
Defisit Fiskal Menyempit, Utang Tetap Tinggi
Pada sektor fiskal, pemerintah India berhasil memangkas defisit anggaran menjadi 4,8% dari PDB pada tahun fiskal 2025, turun dari 5,5% pada 2024. Fitch memproyeksikan defisit akan semakin menurun menjadi 4,4% di 2026, sesuai target pemerintah mencapai 4,5%.
Meski demikian, beban utang publik India masih tergolong berat. Rasio utang terhadap PDB diperkirakan sebesar 80,9% pada 2025, jauh di atas rata-rata negara dengan peringkat BBB yang hanya sekitar 59,6%. Kondisi ini menjadi salah satu alasan utama mengapa rating India belum bisa naik ke level lebih tinggi.
Cadangan Devisa Jadi Penopang Kekuatan Eksternal
Kekuatan lain yang menjaga stabilitas kredit India adalah posisi keuangan eksternal yang solid. Cadangan devisa negara tersebut naik sekitar USD 59 miliar dalam setahun, mencapai USD 695 miliar per 15 Agustus 2025. Jumlah ini cukup untuk menutup sekitar delapan bulan impor dan pembayaran eksternal, memberi bantalan penting terhadap gejolak pasar global.
Dengan cadangan yang kuat, India memiliki fleksibilitas lebih baik dalam menghadapi potensi arus keluar modal maupun volatilitas nilai tukar rupee.
Faktor Penentu Peningkatan Rating
Fitch menegaskan, ada beberapa hal yang bisa mendorong peningkatan peringkat kredit India di masa mendatang. Pertama, bila pemerintah mampu menjaga tren pertumbuhan jangka menengah di atas rata-rata global. Kedua, bila kebijakan fiskal mampu menurunkan rasio utang terhadap PDB secara konsisten. Dan ketiga, apabila stabilitas inflasi serta kebijakan moneter tetap terjaga.
Namun, sebaliknya, penurunan kepercayaan terhadap manajemen fiskal, peningkatan risiko eksternal, atau guncangan ekonomi besar bisa menekan peringkat India.
Keputusan Fitch mempertahankan peringkat kredit India pada BBB- dengan outlook stabil menunjukkan bahwa meski menghadapi tantangan eksternal seperti ancaman tarif AS dan tingginya utang pemerintah, fundamental ekonomi India tetap kokoh. Pertumbuhan domestik yang tangguh, inflasi yang terkendali, serta cadangan devisa yang besar memberi keyakinan bahwa India masih menjadi salah satu ekonomi berkembang paling resilien di dunia.
Dengan fondasi ekonomi yang kuat, India tidak hanya mampu menghadapi tekanan global, tetapi juga berpotensi memperbaiki peringkat kreditnya jika berhasil mengatasi beban utang jangka panjang.