
Ketegangan geopolitik antara Rusia-Ukraina dan ketidakpastian sanksi terhadap Iran mendorong harga minyak dunia ke level tertinggi dalam dua pekan. Simak faktor penyebab dan dampaknya terhadap pasar global.
KabarPialang – Jakarta Harga minyak mentah dunia kembali mengalami kenaikan signifikan dalam dua minggu terakhir. Lonjakan harga ini dipicu oleh berbagai ketegangan geopolitik dan gangguan pasokan dari beberapa wilayah strategis penghasil minyak. Di pasar internasional, harga minyak mentah Brent naik sebesar US$1 atau 1,5% menjadi US$65,63 per barel. Sementara itu, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) dari Amerika Serikat juga mengalami kenaikan sebesar 89 sen atau sekitar 1,4% ke level US$63,41 per barel.
Menurut laporan terbaru yang dikutip dari Reuters, konflik yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya premi risiko dalam pasar energi. Negosiasi perdamaian antara kedua negara belum menunjukkan hasil yang signifikan, memperpanjang ketidakpastian geopolitik di kawasan Eropa Timur.
Negosiasi Mandek, Ketegangan Berlanjut
Analis dari Ritterbusch and Associates mengungkapkan bahwa pasar minyak sedang menghadapi tekanan besar karena perundingan perdamaian antara Rusia dan Ukraina berjalan lambat. Pemerintah Rusia sendiri menyatakan bahwa penyelesaian konflik bukan perkara mudah dan menganggap harapan akan solusi cepat sebagai hal yang tidak realistis. Ukraina saat ini dikabarkan tengah mempertimbangkan respons terhadap proposal terbaru dari Moskow.
Selain ketegangan Rusia-Ukraina, situasi antara Amerika Serikat dan Iran juga turut memberikan tekanan tambahan. Upaya diplomatik untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir antara kedua negara masih belum menemui titik terang. Iran, yang merupakan salah satu anggota penting OPEC, dikabarkan tengah bersiap untuk menolak proposal AS—hal ini diperkirakan akan memperpanjang pemberlakuan sanksi terhadap sektor minyak dan gas Iran.
Rusia dan Iran di Pusat Tekanan Global
Rusia, yang pada 2024 menjadi produsen minyak terbesar kedua dunia setelah Amerika Serikat, memegang peranan penting dalam dinamika harga minyak global. Bersama dengan Iran, mereka tergabung dalam kelompok OPEC+, yang memiliki pengaruh besar terhadap volume produksi dan distribusi minyak internasional. Ketidakpastian atas kontribusi kedua negara ini dalam pasokan global menambah kekhawatiran investor dan pelaku pasar.
Kebakaran di Kanada, Gangguan Produksi Tambahan
Tak hanya dari sisi geopolitik, faktor alam juga memberikan tekanan terhadap produksi minyak dunia. Kebakaran besar yang terjadi di kawasan Alberta, Kanada, berdampak signifikan pada produksi minyak pasir. Sekitar 344.000 barel per hari, atau 7% dari total produksi minyak Kanada, dilaporkan terganggu akibat bencana tersebut. Hal ini makin mempersempit ketersediaan pasokan global yang sebelumnya sudah tertekan.
Permintaan dari Eropa Berpeluang Meningkat
Di sisi permintaan, Eropa memberikan sinyal positif. Inflasi di zona Euro turun di bawah target Bank Sentral Eropa (ECB) pada Mei 2025, sebagian besar disebabkan oleh penurunan tak terduga dalam biaya jasa. Situasi ini membuka peluang bagi ECB untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan moneternya melalui penurunan suku bunga. Biasanya, penurunan suku bunga mendorong peningkatan aktivitas ekonomi dan konsumsi energi, termasuk minyak.
AS Hadapi Tantangan Tarif dan Pasar Tenaga Kerja
Sementara itu, di Amerika Serikat, kekhawatiran muncul akibat kebijakan tarif impor yang dapat mempercepat laju inflasi. Gubernur Federal Reserve Chicago, Austan Goolsbee, memperingatkan bahwa efek inflasi dari tarif bisa terjadi dalam waktu dekat, sementara dampak perlambatan ekonomi akan terlihat dalam jangka menengah. Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) juga merevisi turun proyeksi pertumbuhan global karena tekanan dari perang dagang yang kembali mencuat di bawah kebijakan Presiden AS Donald Trump.
Data tenaga kerja terbaru dari AS menunjukkan kondisi yang beragam. Meskipun jumlah lowongan pekerjaan meningkat, angka pemutusan hubungan kerja juga melonjak, mencerminkan ketidakpastian dan kemungkinan perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi domestik.
Cadangan Minyak AS Menyusut
Dari sisi pasokan domestik, para analis memperkirakan cadangan minyak mentah AS mengalami penarikan sekitar satu juta barel selama pekan lalu. Ini menjadi pekan kedua berturut-turut penurunan cadangan, dan berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu yang justru mencatatkan peningkatan sebesar 1,2 juta barel. Data resmi terkait cadangan ini akan dirilis oleh American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA) dalam beberapa hari mendatang.
Kenaikan harga minyak mentah yang terjadi saat ini merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor kompleks—mulai dari konflik internasional, gangguan alam, hingga dinamika kebijakan ekonomi di berbagai negara. Dengan situasi yang belum stabil, pelaku pasar perlu terus mencermati perkembangan geopolitik dan makroekonomi global sebagai dasar pengambilan keputusan investasi dan perdagangan energi.