Team
KabarPialang – Inflasi Jawa Timur melonjak 0,43% pada Juni 2025 akibat kenaikan harga komoditas pangan seperti beras, cabai, dan ayam. Cek rincian lengkapnya di sini.
Inflasi Jawa Timur Meningkat di Juni 2025: Harga Beras dan Pangan Jadi Pendorong Utama
Kenaikan harga kebutuhan pokok kembali menjadi perhatian serius. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) merilis data inflasi bulan Juni 2025 yang menunjukkan peningkatan sebesar 0,43 persen secara bulanan (month-to-month/m-to-m). Angka ini lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi nasional yang berada di level 0,19 persen.
Secara kumulatif, inflasi tahun kalender (year-to-date/y-to-d) Jatim mencapai 1,32 persen, sedangkan secara tahunan (year-on-year/y-on-y) menyentuh angka 2,02 persen. Data ini mencerminkan tekanan harga yang mulai meningkat kembali, terutama dari sektor pangan.
Banyuwangi Catat Inflasi Tertinggi di Jatim
Menurut Kepala BPS Jatim, Zulkipli, seluruh kota dan kabupaten di Jawa Timur yang menjadi sampel penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi. Wilayah Banyuwangi mencatatkan inflasi tertinggi di provinsi ini dengan lonjakan mencapai 0,63 persen.
“Sebanyak 26 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami inflasi m-to-m pada bulan Juni 2025. Dan di Jawa Timur, semua wilayah IHK mengalami inflasi,” ujar Zulkipli dalam konferensi pers yang digelar Kamis, 3 Juli 2025.
Kelompok Makanan Jadi Penyumbang Utama Inflasi
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau kembali menjadi kontributor utama inflasi dengan kenaikan sebesar 1,24 persen. Di antara seluruh komoditas pangan, beras menjadi penyumbang inflasi tertinggi, dengan laju inflasi mencapai 1,38 persen.
Zulkipli menegaskan bahwa kenaikan harga beras terjadi merata di seluruh kabupaten/kota yang menjadi wilayah penghitungan IHK. Harga rata-rata beras di Jawa Timur naik menjadi Rp14.255 per kilogram, menjadi level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.
Selain beras, sejumlah bahan pangan lain juga mencatat kenaikan signifikan yang turut memanaskan inflasi, seperti:
-
Cabai rawit
-
Cabai merah
-
Bawang merah
-
Daging ayam ras
-
Telur ayam ras
-
Tomat
“Mayoritas komoditas ini sebelumnya sempat mengalami penurunan harga di bulan Mei 2025, namun kembali melonjak pada Juni. Kecuali telur dan tomat yang tren kenaikannya sudah mulai terlihat sejak bulan lalu,” ungkap Zulkipli.
Harga Bawang Putih Turun Tajam, Tekan Inflasi
Meski sebagian besar bahan makanan mengalami kenaikan, terdapat juga komoditas yang mencatat deflasi dan menahan laju inflasi umum. Salah satunya adalah bawang putih, yang mengalami penurunan harga cukup tajam.
Harga rata-rata bawang putih di Jawa Timur turun menjadi Rp36.901 per kilogram, dengan tingkat deflasi mencapai 7,42 persen. Komoditas ini menjadi penahan utama inflasi, dengan kontribusi negatif sebesar 0,04 persen terhadap total inflasi bulanan.
Transportasi Juga Tunjukkan Tren Deflasi
Selain bahan pangan, kelompok transportasi juga memberikan kontribusi terhadap penurunan inflasi, meskipun dalam porsi yang lebih kecil. Penurunan harga bensin dan tarif kereta api menjadi dua faktor utama.
-
Bensin mencatat deflasi sebesar 0,36 persen, sebagai kelanjutan dari tren dua bulan sebelumnya.
-
Tarif kereta api turun lebih tajam, yakni 6,91 persen.
Kedua komoditas ini secara gabungan memberikan sumbangan negatif 0,03 persen terhadap inflasi bulan Juni 2025. Penurunan ini disebabkan oleh koreksi harga BBM non-subsidi dan penyesuaian tarif moda transportasi menjelang libur pertengahan tahun.
Inflasi Masih Terkendali, Namun Perlu Diwaspadai
Kendati inflasi di Jawa Timur masih dalam batas aman dan terkendali menurut standar Bank Indonesia (target inflasi tahunan 2–4 persen), tren kenaikan harga pangan tetap harus menjadi perhatian, terutama menjelang kuartal ketiga 2025.
Jika harga-harga pangan pokok terus melonjak dalam beberapa bulan ke depan, maka daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah berpotensi tertekan. Apalagi, sebagian besar masyarakat Jawa Timur masih sangat bergantung pada pengeluaran sektor konsumsi rumah tangga.
Antisipasi Terhadap Inflasi
BPS Jatim merekomendasikan pemantauan lebih ketat terhadap pergerakan harga pangan di pasar tradisional dan modern. Pemerintah daerah juga disarankan segera melakukan:
-
Operasi pasar untuk menstabilkan harga beras dan cabai.
-
Penyesuaian distribusi bahan pokok ke daerah yang mengalami kelangkaan.
-
Insentif terhadap petani dan distribusi pupuk untuk mengamankan pasokan.
Dengan langkah antisipatif yang tepat, lonjakan harga pangan bisa ditekan agar tidak berdampak lebih luas pada inflasi keseluruhan di paruh kedua tahun ini.
