
IHSG kembali merosot 1,21% di tengah aksi demo pada 1 September 2025. Investor asing kompak jual bersih Rp2,16 triliun, menekan saham perbankan dan big caps seperti BBCA, BMRI, hingga TLKM.
KabarPialang – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatat pelemahan signifikan di awal pekan perdagangan September 2025. Sentimen negatif dari aksi demonstrasi yang berlangsung di berbagai wilayah membuat investor cenderung bersikap hati-hati. Pada penutupan perdagangan Senin (1/9/2025), IHSG ditutup melemah 1,21% atau terkoreksi 94,42 poin ke level 7.736,07.
Nilai transaksi harian tercatat mencapai Rp23,51 triliun dengan volume perdagangan sebesar 38,77 miliar saham yang berpindah tangan dalam 2,31 juta kali transaksi. Dari total perdagangan, sebanyak 539 saham mengalami koreksi, 171 saham berhasil menguat, sementara 99 saham stagnan.
Tekanan Jual Masif dari Investor Asing
Selain faktor eksternal berupa gejolak sosial, tekanan terbesar datang dari aksi jual bersih investor asing. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, asing mencatatkan net sell jumbo mencapai Rp2,16 triliun di seluruh pasar. Rinciannya, sebesar Rp2,14 triliun terjadi di pasar reguler, sementara sisanya Rp14,80 miliar tercatat di pasar negosiasi dan tunai.
Kondisi ini menegaskan bahwa pelaku pasar global masih melihat risiko tinggi pada pergerakan IHSG. Demonstrasi yang terjadi dianggap berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi dalam jangka pendek. Alhasil, saham-saham big caps yang selama ini menjadi incaran investor justru dilepas dalam jumlah besar.
Daftar Saham yang Ditinggalkan Asing
Dari catatan perdagangan, terdapat 10 saham yang paling banyak dilepas investor asing. Sebagian besar berasal dari sektor perbankan, telekomunikasi, hingga energi. Berikut daftar lengkapnya:
-
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) – Rp1,60 triliun
Saham perbankan terbesar di Indonesia ini menjadi yang paling banyak dijual asing. Meski fundamental BCA relatif kuat, tekanan jual besar membuat harga saham terkoreksi. -
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) – Rp734,15 miliar
Bank pelat merah ini turut menjadi sasaran aksi jual, menambah beban IHSG dari sektor keuangan. -
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) – Rp110,22 miliar
Saham bank dengan fokus pada segmen UMKM juga tak lepas dari tekanan jual asing. -
PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) – Rp78,01 miliar
Emiten teknologi dan digital turut mengalami pelepasan saham meskipun sektor ini masih prospektif jangka panjang. -
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) – Rp78,01 miliar
Salah satu saham defensif favorit investor asing, TLKM, ikut terseret dalam gelombang jual. -
PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) – Rp38,99 miliar
Emiten energi batu bara menghadapi tekanan seiring sentimen global terhadap transisi energi. -
PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) – Rp38,53 miliar
Saham pertambangan emas dan tembaga ini ikut dilepas, meskipun harga emas global relatif stabil. -
PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB) – Rp37,14 miliar
Aksi jual juga menghantam saham pertambangan emas lainnya. -
PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) – Rp32,95 miliar
Emiten farmasi dengan kinerja stabil pun tak luput dari pelepasan asing. -
PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) – Rp24,37 miliar
Emiten energi terbarukan dan batu bara ini menjadi salah satu korban net sell.
IHSG Terjebak dalam Tekanan Ganda
Koreksi IHSG kali ini tidak hanya dipicu faktor eksternal berupa aksi demonstrasi, tetapi juga sentimen global. Investor masih menunggu kepastian arah kebijakan moneter The Fed serta data inflasi Amerika Serikat yang dijadwalkan rilis pekan ini. Ketidakpastian global berpadu dengan faktor domestik menciptakan tekanan berlapis pada pasar saham Indonesia.
Kondisi ini membuat sebagian investor lebih memilih wait and see, sembari mengalihkan dana ke instrumen yang dianggap lebih aman seperti obligasi dan emas. Hal ini tercermin dari meningkatnya minat pada Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Prospek Jangka Pendek IHSG
Analis menilai, pelemahan IHSG berpotensi berlanjut jika aksi demonstrasi masih terus berlangsung dan belum ada kepastian terkait stabilitas politik. Meski demikian, saham-saham big caps perbankan seperti BBCA, BMRI, dan BBRI masih dianggap memiliki fundamental kuat untuk jangka menengah hingga panjang.
Investor ritel diimbau tetap berhati-hati dan tidak terjebak aksi panic selling. Strategi akumulasi bertahap pada saham-saham dengan kinerja solid bisa menjadi pilihan saat IHSG berada di fase koreksi.