
Harga emas batangan Antam naik Rp 1.000/gram pada 11 Juni 2025, terdorong pergerakan global dan meredanya ketegangan dagang AS–China. Simak tren harga, faktor penggerak, dan proyeksi mendatang.
KabarPialang – Harga emas batangan Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengalami kenaikan harian yang moderat pada Rabu, 11 Juni 2025. Meskipun impresif, lonjakan Rp 1.000 per gram mencerminkan kenaikan hati-hati, meski komoditas safe-haven ini sedang mendapat dukungan dari perkembangan positif di pasar internasional.
Harga Emas Antam & Buyback 11 Juni 2025
Item | Harga |
---|---|
Harga Jual Emas Antam | Rp 1.910.000/gram (+Rp 1.000 dari hari sebelumnya) |
Harga Buyback* | Rp 1.754.000/gram (+Rp 1.000) |
* Harga buyback adalah harga yang ditawarkan kembali oleh Antam untuk emas yang dikembalikan oleh nasabah.
Alasan Kenaikan: Lonjakan Global Subtle
Pergerakan harga emas Antam mengikuti jejak emas dunia, yang mencapai sekitar US$ 3.328 per troy ons—naik 0,07% di pasar spot global. Meskipun tampak kecil, kenaikan tersebut sudah cukup membuat harga domestik naik untuk kedua hari berturut-turut.
Namun demikian, secara mingguan, emas masih mencatat koreksi mendekati 1%, menandakan bahwa pergerakan global belum benar-benar meyakinkan investor.
Faktor Global: Washington-London-Beijing
Dialog dagang antara AS dan China, yang berlangsung di London, menjadi katalis utama. Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menyebut diskusi berjalan “sangat baik”, meski menegaskan bahwa masih ada isu yang harus dirampungkan. Pernyataan positif itu diperkuat contoh dari Presiden Trump, yang juga menyebut perundingan tidak mudah, namun cukup konstruktif.
Sentimen ini menciptakan optimism kecil di pasar global—mengangkat bursa saham seperti S&P 500 (naik 0,55%), DJIA (+0,25%), dan Nasdaq (+0,63%). Namun di sisi lain, kenaikan sentimen risiko biasanya melemahkan emas karena pasar mengurangi permintaan aset safe-haven.
Fakta bahwa harga emas masih menguat dengan lembut, walaupun pasar saham reli, menunjukkan investor masih menyimpan kekhawatiran akan geopolitik, inflasi, dan arah suku bunga di masa depan.
Bank Sentral dan Diversifikasi Aset
Bank sentral global masih aktif dalam memborong emas sebagai bagian dari upaya diversifikasi cadangan devisa. Hal ini terjadi di tengah kekhawatiran mengenai stabilitas sistem keuangan dan potensi depresiasi nilai dolar akibat pelonggaran moneter.
Dengan cadangan IMF, ECB, dan negara-negara lainnya melakukan akumulasi, permintaan tetap tinggi, mendukung harga jangka panjang.
Tren Mingguan & Triwulanan
Emas Antam mencatatkan dua hari kenaikan beruntun, tetapi secara tahunan, logam mulia ini telah mengalami kenaikan signifikan—lebih dari 25% sejak awal tahun, akibat sentimen tarif dan ketidakpastian global.
Penurunan mingguan sekitar 0,9% mencerminkan koreksi kecil. Namun harga bulanan tetap tinggi, serta tren peningkatan 3–5% sejak akhir April.
Proyeksi Harga & Tantangan ke Depan
Dengan data ekonomi, ketegangan dagang, dan kebijakan moneter yang berada di titik krusial, berikut beberapa faktor penentu harga emas ke depan:
-
Hasil Perjanjian AS–China: Kepastian dan implementasi kebijakan dagang akan menentukan besar kecilnya volatilitas.
-
Data Ekonomi AS: Angka inflasi, suku bunga The Fed, dan data ketenagakerjaan akan menjadi pemicu arah bearish atau bullish.
-
Sentimen Inflasi Global: Terkait energi, pangan, dan tarif, yang bisa mendorong pasar kembali ke aset lindung nilai.
-
Kegiatan Bank Sentral: Bila terus aktif membeli, permintaan emas global masih akan tinggi.
Tips untuk Investor “Memahami Alur Harga & Strategi”
-
Bagi investor emas fisik: pelan tapi pasti kenaikan harga bisa menjadi momen untuk akumulasi atau menjual sebagian.
-
Untuk trader harian: volatilitas tipis pasca dialog dagang bisa menghasilkan peluang scalping harian.
-
Investor jangka panjang: terus awasi data inflasi AS, sikap The Fed, dan kondisi geopolitik—karena emas tetap menjadi aset lindung nilai.
Kenaikan harga emas Antam sebesar Rp 1.000 per gram pada 11 Juni 2025, meski kecil, tetap mencerminkan respons pasar terhadap dinamika global. Pasar emas dunia masih berada dalam fase netral hingga sedikit menguat, karena meskipun ketegangan dagang mereda, ketidakpastian makroekonomi masih tinggi.
Untuk investor emas fisik di Indonesia, kenaikan ini memberikan sinyal bahwa kenaikan harga global dapat menambah nilai harga domestik dalam jangka menengah. Namun, strategi tetap penting: momen konsolidasi dan koreksi bukan hanya risiko, tetapi juga peluang.