
Dow Jones kontrak berjangka menguat didorong data tenaga kerja AS yang lemah dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Namun, ketegangan politik dan tarif Trump memicu kehati-hatian pasar.
KabarPialang – Kontrak berjangka Dow Jones melonjak di awal pekan, didorong oleh harapan investor terhadap langkah dovish dari Federal Reserve (The Fed). Kenaikan ini terjadi setelah laporan ketenagakerjaan AS menunjukkan pelemahan, yang memicu spekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga dua kali sebelum akhir tahun 2025.
S&P 500 dan Nasdaq Ikut Menguat di Sesi Eropa
Selama sesi perdagangan Eropa hari Senin, kontrak berjangka Dow Jones naik 0,46% ke sekitar 44.900. Sementara itu, S&P 500 futures menguat 0,55% menuju 6.300, dan Nasdaq 100 futures naik 0,68% menembus 23.000. Optimisme pasar ini muncul setelah sebelumnya pasar AS mengalami tekanan akibat kebijakan tarif baru dari Presiden Donald Trump.
Data Ketenagakerjaan Melemah, Pasar Prediksi The Fed Akan Bertindak
Laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS pada Juli hanya menunjukkan pertambahan 73.000 pekerjaan, jauh di bawah ekspektasi 110.000. Angka ini bahkan lebih lemah dibanding revisi bulan Juni yang diturunkan menjadi 14.000 dari sebelumnya 147.000. Tingkat pengangguran juga naik menjadi 4,2%, dari 4,1% bulan sebelumnya.
Ekspektasi Pasar: Dua Kali Pemangkasan Suku Bunga Hingga Akhir Tahun
Pelemahan data ketenagakerjaan membuat pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 63 basis poin hingga akhir 2025—naik signifikan dari estimasi 34 basis poin hanya beberapa hari sebelumnya. Para pelaku pasar memperkirakan pemangkasan pertama bisa terjadi pada pertemuan The Fed di bulan September.
Pelonggaran Moneter Dapat Menopang Ekonomi AS
Penurunan suku bunga oleh The Fed dinilai bisa memperkuat ekonomi AS dengan mendorong konsumsi, investasi, dan likuiditas di pasar. Sebagai ekonomi terbesar di dunia, kebijakan moneter AS akan berdampak luas, tidak hanya secara domestik tetapi juga secara global.
Namun, Ketegangan Politik dan Tarif Baru Membayangi
Meskipun pasar berharap pada stimulus moneter, tekanan tetap ada. Pada pekan sebelumnya, indeks Dow Jones turun 2,92%, S&P 500 melemah 2,36%, dan Nasdaq tergelincir 2,17%. Koreksi ini dipicu oleh kebijakan tarif balasan yang diberlakukan Trump mulai 1 Agustus, berkisar antara 10% hingga 41%.
Pemecatan Pejabat Statistik Picu Kekhawatiran Pasar
Sentimen negatif juga datang dari langkah kontroversial Gedung Putih yang memecat Komisaris Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS), Erika McEntarfer. Pemecatan ini terjadi tak lama setelah rilis data tenaga kerja yang lemah, dan dinilai sebagai upaya untuk mengintervensi data ekonomi resmi menjelang tahun politik.
Kekhawatiran Akan Manipulasi Data Meningkat
Pengamat menilai langkah ini bisa menggerus kredibilitas statistik resmi pemerintah, khususnya data ketenagakerjaan dan inflasi. Jika kepercayaan pasar terhadap data resmi menurun, maka volatilitas pasar dapat meningkat dan memperburuk stabilitas keuangan.
Fokus Investor Kini Pada Data Inflasi dan The Fed
Dalam beberapa pekan ke depan, perhatian investor akan tertuju pada rilis data inflasi konsumen (CPI), produsen (PPI), serta pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell. Data dan pidato ini akan menjadi kunci untuk memperkuat atau melemahkan ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Risiko Global: Ketegangan Dagang dan Reaksi Dunia Internasional
Ketegangan dagang yang meningkat juga menjadi ancaman bagi pasar global. Negara-negara mitra dagang AS dapat memberikan respons yang memperburuk situasi, memperlambat ekspor AS, dan mengganggu rantai pasok global. Ini dapat memperparah tekanan terhadap ekonomi AS secara keseluruhan.
Strategi Investor di Tengah Ketidakpastian
Dengan campuran antara ekspektasi positif dari kebijakan The Fed dan ketegangan geopolitik yang tinggi, investor perlu menjaga strategi yang fleksibel. Kombinasi kehati-hatian dan respons cepat terhadap data ekonomi dan kebijakan pemerintah akan menjadi kunci untuk mempertahankan kinerja portofolio.
Peluang Masih Ada, Tapi Risiko Tak Bisa Diabaikan
Lonjakan Dow Jones menunjukkan adanya peluang jangka pendek di pasar ekuitas, terutama bila The Fed benar-benar menurunkan suku bunga. Namun, dinamika politik di dalam negeri dan ketegangan dagang global menjadi faktor risiko utama. Investor perlu menyeimbangkan optimisme dengan manajemen risiko yang ketat.