Pemerintah memastikan kesepakatan dagang RI–AS 2025 tetap aman dan tanpa hambatan, termasuk target tarif 0% untuk sawit, kakao, dan karet.
KabarPialang – Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menepis kabar keretakan hubungan dagang Indonesia–Amerika Serikat yang sempat mencuat setelah munculnya laporan internasional mengenai potensi gagalnya kesepakatan perdagangan kedua negara. Pemerintah memastikan seluruh proses negosiasi masih berjalan normal, tanpa hambatan substansial, serta tetap berada pada jalur yang telah disepakati sejak pembahasan intensif dilakukan pada pertengahan tahun.
Isu mengenai potensi kegagalan perundingan mencuat setelah sebuah laporan media global menyebut bahwa AS menilai Indonesia mundur dari beberapa komitmen, terutama di sektor perdagangan digital dan hambatan non-tarif. Namun, pemerintahan Indonesia menegaskan bahwa dinamika tersebut merupakan hal lumrah yang selalu muncul dalam setiap negosiasi tingkat tinggi antardua negara.
Klarifikasi Pemerintah: Perundingan Berjalan Wajar
Tidak Ada Masalah Spesifik dalam Negosiasi
Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto, menekankan bahwa tidak ada isu krusial yang membuat perundingan terhenti atau menemui jalan buntu. Ia menyebut dinamika internal maupun eksternal sebagai bagian dari proses negosiasi.
Menurutnya, perkembangan negosiasi perdagangan Indonesia–AS hingga kini tetap mengikuti koridor kerja sama yang telah ditetapkan pada pertemuan Juli lalu. Pada saat itu, AS sepakat untuk menurunkan tarif resiprokal tinggi terhadap komoditas Indonesia dari 32% menjadi 19%, dan membuka ruang penurunan lebih lanjut jika pembahasan berjalan sesuai harapan.
Haryo menjelaskan bahwa pemerintah masih optimistis kesepakatan dapat dirampungkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Keyakinan tersebut didasari komitmen kedua negara untuk mencapai hasil yang saling menguntungkan serta memperkuat hubungan ekonomi jangka panjang.
Sorotan AS Soal Komitmen Indonesia
Walaupun pihak AS dikabarkan menyoroti beberapa aspek seperti perdagangan digital dan hambatan non-tarif di sektor pertanian serta industri, pemerintah Indonesia menilai hal tersebut masih dalam batas negosiasi yang bisa dinegosiasikan. Pemerintah menganggap ini bukan bentuk ketegangan, melainkan perbedaan pandangan yang lazim dalam penyusunan kerja sama dagang.
Indonesia pun menyiapkan berbagai argumen teknis yang akan disampaikan dalam pembahasan lanjutan untuk memastikan bahwa kepentingan nasional tetap terjaga tanpa menutup peluang kerja sama yang lebih besar dengan AS.
Harapan Indonesia: Tarif 0% untuk Komoditas Strategis
Fokus Pada Sawit, Kakao, dan Karet
Salah satu agenda penting yang terus diperjuangkan Indonesia adalah mendorong AS untuk menurunkan tarif bea masuk hingga 0% terhadap sejumlah komoditas unggulan nasional. Komoditas-komoditas tersebut meliputi kelapa sawit, kakao, dan karet, yang selama ini berkontribusi besar terhadap neraca perdagangan dan pendapatan ekspor Indonesia.
Jika disepakati, penurunan tarif ini diperkirakan dapat meningkatkan daya saing ekspor Indonesia ke pasar AS, memperluas pangsa pasar, serta memperkuat posisi Indonesia sebagai pemasok utama bahan baku industri global.
Dampak Ekonomi Jika Kesepakatan Berhasil
Penurunan tarif hingga nol persen akan memberikan nilai tambah besar, terutama bagi sektor perkebunan dan industri hilir. Selain itu, adanya jaminan pasar AS yang lebih terbuka akan mendorong investasi tambahan, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan pendapatan petani dan pelaku usaha kecil di sektor terkait.
Pemerintah menilai perundingan ini memiliki peran strategis dalam memperluas akses pasar dan memperkuat fondasi kerja sama ekonomi antar kedua negara, terlebih di tengah dinamika ekonomi global yang semakin kompetitif.
Sikap Kementerian Perdagangan: Tidak Ada Keretakan
Mendag Tegaskan Negosiasi Tetap Berjalan
Menteri Perdagangan Budi Santoso juga memberikan pernyataan resmi yang meredakan kekhawatiran publik. Ia menegaskan bahwa negosiasi dagang Indonesia–AS tidak mengalami kebuntuan sebagaimana diberitakan. Menurutnya, semua pembahasan masih berada dalam koridor proses diplomasi biasa.
Ketika ditanya mengenai laporan yang menyebut bahwa AS frustrasi dengan Indonesia, Budi menampik anggapan tersebut dan menyebut bahwa komunikasi dan pembahasan masih berlangsung secara intensif.
Delegasi AS Dijadwalkan Datang ke Indonesia
Budi juga mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat, delegasi Amerika Serikat direncanakan datang ke Indonesia untuk melanjutkan pembahasan teknis. Ia menegaskan bahwa kunjungan tersebut justru menandakan komitmen kedua negara untuk terus melanjutkan proses negosiasi, bukan indikasi keretakan seperti diberitakan beberapa pihak.
Kunjungan delegasi diharapkan dapat memperjelas titik-titik negosiasi yang masih dipandang belum sejalan, sehingga nantinya dapat ditemukan posisi kompromi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Pemerintah Optimistis Kesepakatan Segera Tercapai
Meski sempat muncul pemberitaan yang mengarah pada potensi gagalnya perundingan dagang Indonesia–AS, pemerintah Indonesia melalui Kemenko Perekonomian dan Kementerian Perdagangan memastikan bahwa seluruh proses masih berjalan wajar. Tidak ada masalah mendasar yang menghambat perundingan, dan dinamika yang muncul merupakan bagian dari proses diplomasi ekonomi tingkat tinggi.
Dengan komitmen untuk melindungi kepentingan nasional sekaligus memperluas akses pasar ekspor, pemerintah tetap optimistis bahwa kesepakatan dapat dicapai dalam waktu dekat. Harapan Indonesia untuk mendapatkan tarif 0% pada komoditas strategis juga menjadi pendorong penting agar pembahasan tetap berjalan produktif.
Perundingan lanjutan dengan kehadiran delegasi AS akan menjadi momen kunci dalam menemukan titik temu dan merampungkan kesepakatan dagang yang diharapkan menghadirkan manfaat besar bagi perekonomian Indonesia.




