
IHSG berpotensi menembus level 8.000 berkat arus dana asing dan katalis positif seperti musim dividen. Namun, aksi profit taking dinilai bisa menjadi ujian besar bagi kelanjutan tren bullish indeks.
KabarPialang – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan performa impresif setelah ditutup menguat di level 7.931,25 pada perdagangan Kamis ini. Pencapaian tersebut memicu optimisme bahwa IHSG bisa segera menembus level psikologis 8.000. Meski begitu, sejumlah analis memperingatkan bahwa aksi ambil untung (profit taking) bisa menjadi hambatan jangka pendek yang patut diwaspadai.
Retail Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus, menyampaikan bahwa peluang IHSG untuk mencapai 8.000 terbuka lebar. Menurutnya, konsistensi masuknya arus dana asing dalam beberapa minggu mendatang akan menjadi kunci penting untuk mendorong indeks ke level tersebut.
“Jika kenaikan ini didukung oleh arus dana asing yang konsisten, target 8.000 bukanlah hal yang mustahil. Namun, potensi profit taking di jangka pendek cukup besar. Apabila koreksi yang terjadi masih dalam koridor tren naik, justru itu bisa menjadi momentum untuk membeli atau menambah posisi,” ujarnya kepada Bisnis.
Senada dengan Angga, Analis MNC Sekuritas PIK Hijjah Marhama menilai bahwa koreksi setelah breakout di level 8.000 adalah sesuatu yang wajar. Ia menekankan bahwa selama tidak terjadi eskalasi ketegangan global dan faktor pendukung tetap kuat, IHSG kemungkinan bisa mempertahankan tren bullish-nya.
Katalis Positif yang Menopang IHSG
Rahma menyoroti sejumlah faktor yang mendukung penguatan IHSG. Salah satunya adalah musim pembagian dividen interim untuk saham-saham bluechip yang dijadwalkan berlangsung pada Oktober hingga Desember 2025. Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral juga menjadi katalis penting.
“Kalaupun terjadi koreksi, dengan adanya dukungan katalis tersebut, kemungkinan besar sifatnya hanya sementara. Selama tidak ada guncangan global, tren bullish masih sangat memungkinkan untuk bertahan,” ujarnya.
Peran Arus Dana Asing dan Kebijakan Pemerintah
Terkait arus modal asing, Rahma menegaskan bahwa keberlanjutannya sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik yang stabil. Pemerintah diharapkan mampu menghadirkan kebijakan fiskal dan moneter yang dapat merangsang pasar modal.
Ia menambahkan bahwa saat ini arus dana asing di Indonesia cenderung rapuh akibat ketidakpastian global. “Investor asing sekarang lebih oportunis, tidak sekuat dan setahan dulu. Jadi dukungan dari kebijakan domestik sangat penting,” katanya.
Sektor-Sektor Menarik di Tengah Tren Bullish
Rahma juga memberikan pandangannya terkait sektor yang menarik untuk dikoleksi. Ia menyebut sektor properti memiliki valuasi yang masih relatif murah, sehingga layak dilirik oleh investor.
Selain itu, sektor industri seperti Astra International (ASII) dan United Tractors (UNTR) dinilai masih memiliki valuasi terjangkau jika dibandingkan dengan kinerja fundamentalnya.
Pada sektor konsumer siklikal, subsektor komoditas seperti Crude Palm Oil (CPO) juga dianggap masih menarik. Beberapa saham yang bisa dipertimbangkan di sektor ini antara lain PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Prospek IHSG ke Depan
Melihat kondisi saat ini, prospek IHSG untuk menembus level 8.000 masih cukup kuat. Namun, keberhasilan tersebut sangat bergantung pada kombinasi faktor domestik dan eksternal. Dari sisi domestik, stabilitas pertumbuhan ekonomi, dukungan kebijakan pemerintah, dan kinerja emiten menjadi kunci utama.
Sementara dari sisi eksternal, arah suku bunga global, kondisi geopolitik, dan pergerakan harga komoditas akan mempengaruhi minat investor asing terhadap pasar modal Indonesia.
Bagi investor, Angga menekankan pentingnya mengelola risiko di tengah potensi koreksi. “Koreksi yang terjadi selama tren naik justru bisa menjadi peluang akumulasi. Namun, disiplin dalam mengatur entry dan exit point tetap penting untuk memaksimalkan keuntungan,” tuturnya.
IHSG kini berada di persimpangan penting. Peluang untuk mencapai 8.000 terbuka lebar, tetapi jalan menuju target tersebut tidak akan bebas hambatan. Aksi profit taking mungkin akan menguji ketahanan tren bullish, namun dukungan dari arus dana asing, musim dividen, dan potensi penurunan suku bunga bisa menjadi pendorong utama.
Dengan strategi investasi yang tepat, memanfaatkan momen koreksi, dan memperhatikan katalis positif, investor berpotensi mendapatkan keuntungan optimal dari pergerakan IHSG di sisa tahun 2025 ini.