
KabarPialang – Harga kopi arabika mencapai level tertinggi dua bulan terakhir akibat cuaca dingin dan embun beku di Brasil. Pasokan global terancam turun, memicu kekhawatiran pasar.
Cuaca Buruk Dorong Lonjakan Harga Kopi
Harga kopi arabika di bursa berjangka New York kembali mencetak rekor kenaikan, menembus level tertinggi dalam dua bulan terakhir. Pendorong utama kenaikan ini adalah kondisi cuaca ekstrem di Brasil, negara produsen kopi terbesar di dunia. Cuaca dingin yang diikuti embun beku ringan berpotensi memangkas hasil panen tahun ini, sekaligus menimbulkan kekhawatiran terhadap ketersediaan pasokan global.
Dilansir dari Bloomberg, harga kopi arabika naik 2,6% pada Selasa, 19 Agustus 2025, menandai reli harga selama lima sesi berturut-turut. Tren ini merupakan kenaikan terpanjang sejak April 2025, menandakan adanya ketegangan serius di pasar komoditas global.
Peran Brasil dalam Pasar Kopi Dunia
Brasil memiliki posisi dominan dalam industri kopi dunia. Sebagai eksportir utama, setiap gangguan di negara ini dapat memicu guncangan signifikan pada harga internasional. Dua wilayah penghasil utama, yaitu Sul de Minas dan Cerrado, baru-baru ini dilanda cuaca dingin ekstrem. Embun beku yang melanda pada akhir pekan lalu berpotensi merusak tanaman, sehingga hasil panen berkurang dibandingkan proyeksi awal.
Harry Howard, pialang komoditas dari Sucden Financial Ltd., menilai bahwa tren kenaikan harga saat ini bukan hanya didorong oleh faktor cuaca, tetapi juga ekspor Brasil yang berjalan lebih lambat dari perkiraan. “Ekspor yang tersendat, ditambah laporan cuaca beku, telah menjadi kombinasi sempurna untuk mendorong reli harga beberapa hari terakhir,” jelasnya.
Risiko Jangka Panjang: Panen 2026 Terancam
Selain kekhawatiran terhadap panen tahun 2025, beberapa analis menyoroti risiko jangka panjang. Menurut Michael McDougall, analis dari McDougall Global View, cuaca dingin bukan hanya mengganggu panen berjalan, tetapi juga bisa menimbulkan dampak pada musim tanam berikutnya.
“Cuaca dingin dapat memicu stres pada tanaman, termasuk pembungaan dini yang berisiko mengurangi produksi tahun 2026,” ungkap McDougall. Dengan demikian, pasar tidak hanya menghadapi ancaman pasokan jangka pendek, tetapi juga potensi ketidakstabilan produksi di tahun-tahun mendatang.
Proyeksi Panen 2025–2026
Menurut survei Coffee Trading Academy, gabungan panen kopi arabika dan robusta Brasil pada musim 2025–2026 diperkirakan mencapai 63,9 juta karung (masing-masing 60 kilogram). Angka ini tercatat 2,1% lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan meskipun kecil, tetap signifikan karena permintaan global terhadap kopi terus meningkat, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan industri kafe dan restoran.
Namun, meskipun tren harga sedang menguat, Howard mengingatkan bahwa reli harga berpotensi kehilangan momentum. Ia mencatat volume perdagangan kopi berkurang tajam dalam sepekan terakhir, yang bisa menjadi tanda bahwa sebagian pelaku pasar mulai berhati-hati mengambil posisi.
Dampak Global: Dari Produsen hingga Konsumen
Lonjakan harga kopi arabika di pasar berjangka berpotensi memberikan efek berantai ke berbagai belahan dunia. Para eksportir mungkin menahan pasokan untuk mendapatkan harga lebih tinggi, sementara importir harus bersiap menanggung biaya lebih mahal.
Di sisi lain, industri minuman kopi global—mulai dari perusahaan besar hingga kedai kopi kecil—kemungkinan akan menghadapi tekanan biaya produksi yang meningkat. Hal ini pada akhirnya bisa dirasakan langsung oleh konsumen dalam bentuk kenaikan harga segelas kopi.
Faktor Lain yang Menguatkan Harga
Selain cuaca ekstrem di Brasil, ada faktor lain yang ikut memperkuat tren kenaikan harga:
-
Permintaan Global yang Stabil
Meski terjadi perlambatan ekonomi di beberapa negara, konsumsi kopi tetap tinggi. Kopi sudah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi banyak masyarakat dunia. -
Keterbatasan Pasokan Alternatif
Negara produsen lain, seperti Kolombia, Vietnam, dan Ethiopia, memang memiliki peran penting, namun kapasitas produksi mereka belum mampu sepenuhnya menutupi potensi kekurangan dari Brasil. -
Sentimen Investor Komoditas
Investor cenderung memanfaatkan momentum cuaca buruk untuk mengambil posisi beli, sehingga menambah tekanan naik pada harga.
Antisipasi Pasar dan Outlook ke Depan
Para analis memprediksi harga kopi arabika masih bisa bertahan tinggi dalam jangka pendek, terutama jika cuaca ekstrem terus berlanjut di Brasil. Namun, pasar juga akan mencermati data ekspor bulan berikutnya serta laporan cuaca yang lebih akurat.
Jika cuaca membaik, sebagian ketegangan pasokan mungkin mereda. Namun, jika embun beku berlanjut atau muncul gelombang cuaca ekstrem baru, harga berpotensi melanjutkan reli hingga menembus level yang lebih tinggi.
Bagi investor, kondisi ini menciptakan peluang, tetapi juga risiko besar. Perdagangan komoditas kopi yang volatil membutuhkan strategi yang hati-hati, mengingat harga dapat berbalik arah sewaktu-waktu.
Lonjakan harga kopi arabika saat ini merupakan cerminan betapa rapuhnya rantai pasokan global terhadap perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Brasil, sebagai pemain utama, menjadi faktor penentu yang dapat mengguncang harga internasional hanya dalam hitungan hari.
Dengan proyeksi panen yang menurun, potensi ancaman produksi hingga 2026, serta tingginya permintaan global, pasar kopi dunia tengah memasuki periode penuh ketidakpastian.
Bagi konsumen, secangkir kopi mungkin akan terasa lebih mahal dalam waktu dekat. Bagi pelaku industri dan investor, kehati-hatian menjadi kunci menghadapi pasar yang sensitif terhadap setiap laporan cuaca dan data panen.