
Saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) anjlok 14,75% pada 4 Agustus 2025 setelah laporan kinerja semester I menunjukkan tantangan produksi. Apa yang terjadi dan bagaimana prospeknya?
KabarPialang – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan signifikan pada perdagangan Senin, 4 Agustus 2025. Indeks ditutup melemah 73,12 poin atau setara 0,97% ke level 7.464,64. Tekanan jual terlihat merata, dengan total 325 saham menguat, 317 melemah, dan 162 stagnan.
Sektor yang menjadi penarik utama penurunan IHSG berasal dari barang baku yang terkoreksi paling dalam sebesar 1,55%, disusul energi turun 1,30%, serta sektor barang konsumer non-siklikal yang melemah 0,47%.
Namun, perhatian pasar justru tertuju pada PT Amman Mineral Internasional Tbk yang masuk daftar top losers LQ45. Dalam sehari, saham terjun bebas 14,75%, menandai salah satu penurunan harian terdalam di bursa pada hari itu.
Detail Pergerakan Saham AMMN
Berdasarkan data perdagangan, pergerakan saham AMMN pada 4 Agustus 2025 adalah sebagai berikut:
-
Harga pembukaan: Rp 8.745
-
Harga tertinggi: Rp 8.745
-
Harga terendah: Rp 7.225
-
Harga penutupan: Rp 7.225
Penurunan tajam ini terjadi di tengah publikasi laporan kinerja semester I-2025 yang menunjukkan hasil kurang menggembirakan.
Laporan Kinerja: Produksi Naik, Tantangan Operasional Mengadang
Mengacu pada keterbukaan informasi yang dikutip dari berbagai sumber, AMMN melaporkan bahwa fasilitas smelter tembaganya mampu memproduksi 19.805 ton katoda tembaga atau setara 44 juta pon selama semester I-2025. Peningkatan ini sangat signifikan dibandingkan kuartal I-2025 yang hanya menghasilkan 635 ton. Lonjakan produksi tersebut terjadi berkat peningkatan kinerja smelter pasca fase awal commissioning.
Tidak hanya itu, pada pertengahan Juli 2025, perusahaan juga mencatat pencapaian penting berupa produksi emas murni pertama dari fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) mereka.
Meski progresnya terlihat positif, AMMN mengakui masih ada tantangan besar dalam kesiapan operasional yang harus dipenuhi sebelum bisa beralih ke fase produksi penuh secara aman dan efisien.
Presiden Direktur AMMN, Arief Sidarto, menegaskan bahwa proses commissioning smelter tembaga merupakan pekerjaan kompleks yang membutuhkan waktu panjang, sesuai standar global industri. Hal ini berpotensi memengaruhi capaian produksi selama sisa tahun 2025.
Faktor Eksternal: Ekspor Konsentrat dan Regulasi
Salah satu faktor krusial yang sedang dinegosiasikan AMMN dengan pemerintah adalah terkait fleksibilitas ekspor konsentrat tembaga. Menurut Arief, kebijakan ini sangat penting untuk memastikan keberlanjutan operasi perusahaan, sekaligus menjaga kontribusi fiskal AMMN terhadap perekonomian daerah maupun nasional.
Jika izin ekspor tidak disesuaikan dengan kondisi operasional saat ini, AMMN berpotensi menghadapi hambatan likuiditas dan keterbatasan arus kas yang dapat memengaruhi kinerja keuangan secara keseluruhan.
Reaksi Pasar dan Sentimen Investor
Anjloknya harga saham AMMN mengindikasikan sentimen negatif investor terhadap prospek jangka pendek perusahaan. Meskipun produksi menunjukkan tren peningkatan, pasar tampaknya lebih fokus pada risiko operasional dan ketidakpastian regulasi ekspor.
Selain itu, volatilitas harga komoditas global, khususnya tembaga dan emas, juga memengaruhi pergerakan saham tambang seperti AMMN. Jika harga komoditas melemah sementara biaya produksi tetap tinggi, margin keuntungan akan tertekan.
Investor ritel yang memegang saham AMMN di level harga tinggi kemungkinan terkena tekanan psikologis untuk melepas kepemilikan, sehingga memperparah aksi jual.
Analisis Teknikal dan Prospek Ke Depan
Secara teknikal, penurunan tajam ke level Rp 7.225 menempatkan AMMN di bawah beberapa titik support penting. Jika tekanan jual berlanjut, harga saham berpotensi menguji support berikutnya di kisaran Rp 7.000.
Namun, bagi sebagian pelaku pasar, penurunan signifikan ini bisa menjadi peluang bargain hunting jika fundamental jangka panjang dinilai masih solid. Faktor yang akan menentukan arah pergerakan selanjutnya antara lain:
-
Keberhasilan AMMN menyelesaikan commissioning smelter sesuai target.
-
Kebijakan ekspor konsentrat yang diambil pemerintah.
-
Tren harga komoditas global dalam beberapa bulan ke depan.
-
Laporan keuangan kuartal III-2025 yang akan menjadi indikator kesehatan bisnis pasca kenaikan produksi.
Kasus AMMN pada 4 Agustus 2025 menunjukkan betapa sensitifnya harga saham terhadap laporan kinerja dan isu operasional. Walaupun perusahaan telah mencatat kemajuan dalam produksi tembaga dan emas, tantangan teknis dan regulasi masih menjadi perhatian utama investor.
Bagi trader jangka pendek, volatilitas ini bisa menjadi peluang, namun bagi investor jangka panjang, penting untuk memantau perkembangan operasional smelter dan kebijakan pemerintah sebelum mengambil keputusan investasi.
Dengan situasi yang dinamis ini, AMMN berada di persimpangan: apakah mampu mengonversi peningkatan produksi menjadi profitabilitas yang konsisten, atau justru terhambat oleh faktor eksternal yang belum terpecahkan.