IHSG cetak ATH 8.617 berkat Santa Rally, window dressing, dan optimisme kebijakan moneter.
KabarPialang – Santa Rally datang lebih cepat dari biasanya di Bursa Efek Indonesia dan langsung mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat ke rekor tertinggi sepanjang masa. Pada perdagangan Selasa (2/12/2025), IHSG ditutup menguat 0,80% atau 68,25 poin ke level 8.617,04, sekaligus menandai pencapaian all time high terbaru. Momentum penguatan ini terjadi di tengah sentimen musiman window dressing, kebijakan likuiditas Bank Indonesia (BI), hingga ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global menjelang berakhirnya tahun 2025.
Fenomena Santa Rally, yang umumnya muncul menjelang libur akhir tahun dan masa penutupan laporan keuangan, kali ini muncul lebih dini. Lonjakan minat beli investor, terutama pada saham-saham big caps dan likuid, menjadi bahan bakar reli. Pada sesi perdagangan tersebut, IHSG bahkan sempat menyentuh level tertinggi intraday di 8.625,63 dengan kapitalisasi pasar menembus Rp15.842 triliun. Dari total perdagangan, 369 saham menguat, sementara 278 terkoreksi dan 159 stagnan.
Optimisme Window Dressing dan Kebijakan Likuiditas BI
Menurut analis BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand, pergerakan IHSG yang sempat terkoreksi di awal Desember masih berada dalam fase konsolidasi sehat. Ia menilai, pola musiman window dressing secara historis memberikan dukungan kuat terhadap kinerja pasar jelang tutup tahun.
“Selama IHSG mampu bertahan di atas support 8.350–8.450, struktur tren jangka pendek hingga menengah tetap positif. Sentimen musiman dan likuiditas dalam negeri menjadi penopang utama,” ujar Abida.
Kebijakan likuiditas makroprudensial BI juga menjadi elemen penting yang memperkuat pasar. Kebijakan ini dianggap meningkatkan kapasitas perbankan untuk menyalurkan kredit, yang pada akhirnya mendongkrak aktivitas ekonomi. Efeknya tercermin pada saham-saham perbankan dan sektor keuangan yang terus mencatat aliran dana masuk, terutama saham big caps seperti BBCA, BBRI, dan BBNI.
Sektor keuangan sendiri diproyeksikan menjadi motor utama reli tutup tahun, mengingat besarnya bobot sektor tersebut dalam IHSG serta stabilitas fundamentalnya. Rotasi antarsektor tetap berlangsung, namun preferensi investor pada akhir tahun cenderung beralih ke saham-saham dengan likuiditas besar dan prospek pendapatan stabil.
Sentimen Global: Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Dari sisi eksternal, harapan terhadap kebijakan dovish The Federal Reserve (The Fed) juga ikut mendorong risk appetite investor global. Ekspektasi pemangkasan suku bunga pada 2026 memberi ruang bagi arus modal asing untuk kembali masuk ke emerging market, termasuk Indonesia.
Meski rupiah masih melemah sekitar 3,5% sepanjang tahun berjalan, analis menilai tekanan tersebut bersifat sementara. Kekhawatiran terkait prospek fiskal, penurunan suku bunga, dan persepsi investor terhadap independensi bank sentral memang masih membayangi, namun pelonggaran moneter global diperkirakan akan mendorong stabilisasi nilai tukar dalam beberapa bulan ke depan.
Koreksi harga komoditas seperti batu bara dan CPO juga menjadi risiko yang perlu diwaspadai, terutama bagi sektor berbasis sumber daya. Namun, efek tekanan tersebut sejauh ini belum signifikan menghambat reli saham-saham domestik.
Proyeksi IHSG: 8.900 untuk 2025, 9.250 pada 2026
Optimisme tidak hanya datang dari analis dalam negeri. Citigroup turut memberikan proyeksi positif terhadap kinerja IHSG tahun mendatang. Dalam risetnya, analis Helmi Arman dan Rohit Garg memperkirakan IHSG dapat menembus 9.000 pada 2026, bahkan berpotensi mencapai 9.250, sejalan dengan estimasi kenaikan sekitar 10%.
Proyeksi tersebut ditopang oleh perkiraan peningkatan belanja pemerintah, penurunan suku bunga, dan potensi pemulihan pertumbuhan ekonomi. Sektor perbankan, konsumer, dan saham-saham berkapitalisasi besar diperkirakan menjadi penerima manfaat utama dari lingkungan suku bunga rendah.
Emiten konsumer seperti AMRT dan MYOR, serta bank seperti BRIS, BBNI, dan BBRI, disebut berpotensi melanjutkan tren penguatan seiring meningkatnya konsumsi domestik.
Top Movers dan Aliran Dana Asing
Pada perdagangan Selasa, sejumlah saham big caps menjadi pendorong utama indeks, di antaranya:
- TPIA +5,07%
- ASII +3,92%
- AMMN +3,49%
Sebaliknya, saham TLKM terkoreksi 2,47% dan BBNI turun 0,93%, yang sempat menahan laju penguatan IHSG.
Dari sisi aliran dana, investor asing mencatat beli bersih Rp453,85 miliar pada perdagangan tersebut. Meski demikian, secara year to date, asing masih mencatat jual bersih Rp29,24 triliun, menunjukkan bahwa reli domestik saat ini masih banyak ditopang oleh investor lokal.
Di sisi lain, pasar kini juga menunggu rilis data Services PMI global, termasuk ISM Services PMI dari Amerika Serikat, yang berpotensi menjadi penentu arah pasar dalam jangka pendek.





