
IHSG diprediksi bergerak Sideways pada awal pekan, Senin 7 Juli 2025, di tengah minimnya sentimen baru. Investor mencermati IPO dan potensi dampak tarif dagang AS terhadap pasar.
KabarPialang – Pada awal pekan perdagangan, Senin 7 Juli 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerak terbatas atau sideways. Minimnya sentimen positif dan sikap hati-hati investor menjadi faktor utama yang menahan laju indeks. Di tengah fase penantian pasar, fokus pelaku usaha dan investor kini tertuju pada jadwal IPO sejumlah emiten baru serta dinamika kebijakan perdagangan Amerika Serikat menjelang tenggat waktu 9 Juli 2025.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), pada penutupan perdagangan Jumat (4 Juli 2025), IHSG melemah sebesar 0,19% ke posisi 6.865,19. Kinerja mingguan indeks juga mencatatkan penurunan 0,47%, yang sebagian besar disebabkan oleh aksi jual bersih investor asing yang mencapai Rp2,77 triliun.
Minim Sentimen, Pasar Masih Tunggu Kejelasan Global
Menurut Valdy Kurniawan, Head of Research Phintraco Sekuritas, pasar masih berada dalam fase “wait and see”. Beberapa isu besar yang masih menanti kejelasan antara lain rencana kesepakatan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat serta proses penawaran umum perdana saham dari sejumlah perusahaan lokal yang dijadwalkan berlangsung dalam pekan ini.
“Pasar masih menantikan kepastian kesepakatan dagang antara Indonesia dan AS serta proses listing saham-saham baru,” ungkap Valdy dalam riset harian yang dirilis pada Minggu, 6 Juli 2025.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Valdy memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam rentang teknikal dengan support di level 6.800 dan resistance di kisaran 6.950, serta level pivot di angka 6.900.
Rekomendasi Saham Hari Ini: Fokus ke Emiten IPO dan Sektor Potensial
Menghadapi perdagangan hari ini, Phintraco Sekuritas memberikan beberapa rekomendasi saham pilihan yang dinilai memiliki potensi teknikal maupun fundamental untuk memberikan imbal hasil positif. Saham-saham tersebut meliputi:
-
PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA)
-
PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR)
-
PT Remala Abadi Tbk. (DATA)
-
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP)
-
PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI)
Kelima saham ini dianggap memiliki prospek teknikal jangka pendek yang positif, khususnya MBMA dan DATA yang masih terhubung dengan tren elektrifikasi dan digitalisasi nasional.
Delapan IPO Baru Warnai Bursa, Potensi Rotasi Sektor
BEI mencatat delapan perusahaan yang tengah melakukan masa penawaran umum perdana (IPO) selama periode 2 hingga 8 Juli 2025. Keberagaman sektor dari para calon emiten menunjukkan potensi rotasi sektor di pasar, terutama pada bidang logistik, keuangan, hingga teknologi.
Adapun kedelapan perusahaan tersebut yaitu:
-
PT Asia Pramulia Tbk. (ASPR)
-
PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA)
-
PT Indokripto Koin Semesta Tbk. (COIN)
-
PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk. (PMUI)
-
PT Merry Riana Edukasi Tbk. (MERI)
-
PT Diastika Biotekindo Tbk. (CHEK)
-
PT Trimitra Trans Persada Tbk. (BLOG)
-
PT Pancaran Samudera Transport Tbk. (PSAT)
Minat investor terhadap IPO ini juga dipengaruhi oleh tren sektor baru seperti kripto (COIN) dan edutech (MERI), yang menunjukkan pergeseran fokus investor ke saham dengan narasi inovatif.
Ketegangan Dagang AS Jadi Ancaman Laten
Isu utama lain yang menjadi perhatian pelaku pasar adalah potensi pengetatan kebijakan perdagangan dari Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump menetapkan tenggat waktu 9 Juli 2025 untuk keputusan baru terkait kebijakan tarif impor, yang dikhawatirkan dapat memicu tekanan terhadap negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia.
Menurut Felix Darmawan, Ekonom Panin Sekuritas, sektor-sektor yang berorientasi ekspor seperti otomotif, tekstil, dan komoditas akan menjadi yang paling terdampak bila kebijakan proteksionis benar-benar diberlakukan.
“Jika AS benar-benar menaikkan tarif atau memperketat kebijakan dagangnya, hal ini bisa menekan sektor-sektor yang terpapar ekspor,” ujar Felix.
Persaingan Regional: Vietnam Jadi Alternatif Aliran Modal
Selain risiko dari sisi tarif, kesepakatan dagang antara AS dan Vietnam juga menjadi sorotan. Perjanjian ini membuka peluang bagi Vietnam untuk menjadi pusat aliran investasi asing baru, terutama jika negara tersebut mendapatkan preferensi tarif yang lebih menguntungkan.
Namun demikian, Indonesia dinilai tetap memiliki daya saing jangka panjang karena struktur ekonomi yang lebih besar dan basis industri yang luas. “Indonesia memiliki keunggulan struktural yang mendukung daya tarik jangka panjang,” tambah Felix.
Peluang Dari Dalam Negeri: Inflasi Terkendali dan Peluang Suku Bunga Turun
Di tengah tekanan eksternal, kondisi dalam negeri justru memberikan harapan positif. Inflasi yang terkendali dan peluang penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia menjadi katalis penting bagi pasar saham dalam beberapa bulan ke depan.
“Jika inflasi tetap rendah dan BI membuka ruang pelonggaran suku bunga, ini bisa menjadi daya dorong tambahan bagi IHSG,” tutup Felix.
IHSG diperkirakan akan tetap berada dalam zona konsolidasi selama awal pekan ini, dengan potensi breakout yang terbatas. Investor disarankan untuk tetap selektif dan mencermati perkembangan IPO serta arah kebijakan perdagangan AS yang menjadi potensi penggerak utama pasar.
Dalam jangka pendek, penguatan saham IPO dan sektor domestik defensif bisa menjadi alternatif terbaik di tengah ketidakpastian eksternal. Sementara itu, kebijakan suku bunga dan inflasi tetap menjadi fondasi utama untuk arah jangka menengah IHSG.