
KabarPialang – Bursa saham London mengalami tekanan signifikan pada perdagangan hari Kamis, dipicu oleh dua faktor utama: memuncaknya konflik di Timur Tengah dan ketidakpastian arah kebijakan moneter Bank of England (BoE). Kedua sentimen ini membuat investor bersikap hati-hati, mendorong aksi jual di berbagai sektor dan menekan indeks acuan Inggris, FTSE 100.
FTSE 100 Turun, Investor Beralih ke Safe Haven
Pada pukul 09.39 GMT, indeks FTSE 100—yang menjadi barometer utama performa bursa London—terkoreksi 0,3%, hanya berselisih tipis dari rekor tertinggi intraday-nya. Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap ketidakstabilan geopolitik yang kian memburuk serta ketidakjelasan arah kebijakan moneter jangka pendek.
Volume perdagangan diperkirakan tetap rendah karena bursa saham AS tutup dalam rangka libur nasional, memperkuat efek volatilitas pasar yang didorong oleh faktor global.
Ketegangan Timur Tengah Membayangi Sentimen Pasar
Ketegangan antara Israel dan Iran yang terus meningkat telah menimbulkan keresahan global. Serangan udara berulang dari kedua pihak menimbulkan ketakutan akan perluasan konflik, yang bisa berdampak pada kestabilan kawasan Timur Tengah dan pasokan energi global.
Presiden AS Donald Trump—yang menjadi tokoh sentral dalam isu ini—menyatakan bahwa Iran ingin mengadakan pertemuan di Washington. Namun, belum ada kepastian apakah AS akan secara aktif bergabung dalam konflik militer. Ketidakpastian ini semakin memperkeruh suasana, terutama bagi pelaku pasar yang mengandalkan prediksi geopolitik dalam mengambil keputusan investasi.
Uni Eropa dijadwalkan bertemu dengan perwakilan Iran pada hari Jumat, dan pasar sangat menanti apakah pertemuan tersebut dapat meredakan konflik atau justru memperkeruh suasana.
Harga Minyak Naik, Sektor Energi Jadi Penopang
Kenaikan harga minyak mentah menjadi satu-satunya titik terang di tengah tekanan bursa. Sektor energi melonjak 1,2%, didorong oleh penguatan harga minyak global akibat kekhawatiran pasokan dari Timur Tengah.
Saham raksasa energi seperti Shell dan BP mengalami kenaikan, yang membantu meredam penurunan tajam FTSE 100 yang sarat komoditas. Meskipun demikian, sektor lain tak mampu mengikuti tren positif ini.
Sektor Konsumen dan Otomotif Tertekan
Saham sektor barang pribadi turun 3,4%, sementara saham otomotif mengalami koreksi 2,1%. Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran bahwa konflik dan ketidakpastian suku bunga akan menekan daya beli konsumen dan memperlambat permintaan global, khususnya untuk produk non-esensial.
Fokus Bergeser ke Bank of England
Selain isu geopolitik, investor juga mencermati dengan ketat keputusan suku bunga BoE yang akan diumumkan dalam waktu dekat. BoE secara luas diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga, meskipun tekanan inflasi dan kondisi global mendorong spekulasi bahwa pelonggaran kebijakan bisa terjadi dalam waktu dekat.
Sikap BoE dinilai masih ambigu, terutama setelah pernyataan dari Ketua Federal Reserve AS, Jerome Powell, yang memperkirakan akan ada inflasi “yang berarti” ke depan, namun belum memberikan sinyal tegas soal penurunan suku bunga.
Saham Individual Jadi Sorotan
Sejumlah saham perusahaan besar Inggris mencatatkan penurunan tajam, antara lain:
-
Persimmon dan United Utilities turun masing-masing 3,5% dan 3,1% setelah keduanya diperdagangkan tanpa hak dividen terbaru.
-
Whitbread, pemilik Premier Inn, merosot 2,1% setelah melaporkan penurunan penjualan kuartalan.
-
Hays, perusahaan perekrutan, anjlok 12,5% setelah mengumumkan peringatan penurunan laba tahunan karena lambatnya aktivitas rekrutmen.
-
Revolution Beauty jatuh drastis 22% setelah grup ritel Frasers milik miliarder Mike Ashley menarik diri dari rencana akuisisi perusahaan kosmetik tersebut.
Saham Midcap Terkoreksi Lebih Dalam
Indeks Midcap London juga tidak luput dari tekanan, mencatat penurunan 0,7%. Sentimen negatif terhadap prospek ekonomi jangka pendek dan ketidakpastian global membuat investor menghindari saham-saham berkapitalisasi menengah yang dianggap lebih rentan terhadap volatilitas.
Ketidakpastian Ganda Bayangi Pasar Inggris
Kombinasi gejolak geopolitik Timur Tengah dan keraguan atas kebijakan suku bunga BoE telah menciptakan atmosfer yang tidak menentu di bursa saham London. Meskipun sektor energi menjadi penyangga utama, kekhawatiran akan penurunan permintaan global, inflasi, dan eskalasi konflik membuat investor memilih pendekatan wait and see.
Dengan tidak adanya kepastian dari The Fed maupun BoE, serta situasi internasional yang memanas, pasar diperkirakan akan tetap berada dalam mode defensif dalam waktu dekat.